Kabarandalan| Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tampak terus tertekan sepanjang pekan ini. Pada akhir perdagangan Jumat (17/1/2025), rupiah ditutup di angka Rp16.360 per dolar AS. Secara mingguan, rupiah melemah 1,11 persen.
Depresiasi 1,11 persen tersebut merupakan yang terparah sejak pekan ketiga Desember 2024 yang pada saat itu rupiah melemah 1,25 persen.
Lebih lanjut, posisi rupiah saat ini juga merupakan yang terendah sejak 3 Juli 2024 atau sekitar enam bulan terakhir.
Pelemahan rupiah di sepanjang pekan ini didorong oleh posisi indeks dolar AS (DXY) yang berada di level yang cukup tinggi. Sempat pada 13 Januari 2025, DXY menyentuh angka 110, dan akibatnya rupiah terus tertekan.
Tingginya posisi DXY hingga saat ini tak lepas dari ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral AS Federal Reserve alias The Fed yang tampak tidak seagresif sebelumnya.
Hal ini terjadi bukan tanpa alasan. Pesimisme pasar terjadi akibat kondisi tenaga kerja AS pada saat itu tampak mengalami kenaikan dengan angka non-farm payroll (NFP) yang sempat melonjak di atas ekspektasi hingga angka laju pengangguran yang lebih rendah.
Selain itu, kemenangan Donald Trump atas Kamala Harris dalam pemilu AS juga membuat DXY semakin melambung tinggi. Pasalnya, pasar menilai dengan kemenangan Trump maka inflasi akan semakin sulit ditekan khususnya karena barang impor ke AS yang akan dikenakan tarif lebih tinggi sehingga berujung pada keseluruhan harga barang di AS menjadi lebih mahal.
Saat inflasi tak dapat ditekan ke level yang lebih rendah dan menemui target The Fed di angka 2 persen, maka bank sentral AS itu tampak akan membiarkan suku bunga berada di level yang cukup tinggi di waktu yang lebih lama, atau dengan kata lain pemangkasan suku bunga akan menjadi lebih sulit terjadi.
Hal ini semakin diperparah dengan momen pelantikan Trump menjadi Presiden AS pada 20 Januari mendatang. Aparat keamanan tampak terus menjaga dan memperketat keamanan di Washington DC dan Gedung Capitol AS, tempat pelantikan Trump.
Seperti cukup sulit bagi rupiah untuk menguat dalam jangka waktu dekat, apalagi dalam beberapa waktu terakhir terpantau terjadi net foreign outflow baik dari Surat Berharga Negara/SBN maupun Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya dalam kisaran 4,25-4,50 persen pada pertemuan kebijakan berikutnya pada 28-29 Januari 2025, setelah menurunkannya sebesar satu poin persentase penuh dalam tiga pertemuan terakhir tahun 2024.***