Azhari S.Sos.I., MA. (Akademisi FDK UIN Ar-Raniry)
KABARANDALAN.COM_Agam Panyoet memiliki kandungan makna dan ejaan yang di dalamnya ada kata ‘’Agam” dan kata “Panyo’et”. Agam merupakan ejaan kosa kata dalam bahasa Aceh yang memiliki arti “laki-laki”. Ada banyak sebutan untuk Agam yang biasa dilontarkan umumnya oleh masyarakat Aceh, seperti dek Gam dan bang Gam. dek Gam ditujukan untuk lelaki yang lebih muda, berasal dari ejaan kosa kata “adek Agam” atau “adik laki-laki”. Sedangkan bang Gam biasanya ditujukan untuk lelaki yang lebih tua berasal dari ejaan kata “abang Agam” atau “abang laki-laki”. Menghilangnya kata ‘’A’’ pada awalan sebutan merupakan bagian dari singkatan namun memiliki arti yang sama. Kelaziman kata sapaan Agam hingga membudaya pada masyarakat Aceh menjadikannya seperti sebuah gelar yang tidak hanya terdengar dalam lingkungan keluarga, namun juga dalam lingkungan sosial.
Sedangkan penelusuran “Panyoet” merupakan kata ejaan dalam masyarakat Aceh yang memiliki kandungan makna sumber penerang. Dalam bahasa Inggris disebut oil lamp yang mengandung makna lampu minyak dimana energi cahaya yang dimunculkan harus melalui bahan bakar minyak. Begitu juga dengan panyoet yang menggunakan minyak tanah dalam mengoperasikan hingga menghadirkan cahaya di tengah gelapnya malam. Lebih lanjut panyoet dalam masyarakat Aceh tempo dulu merupakan media untuk menghadirkan cahaya dimalam hari baik di dalam rumah, maupun di luar rumah dalam berbagai aktivitas dan rutinitas malam. Seperti ketika keluar rumah, mempersiapkan hidangan makan malam di dapur, ketika anak-anak sedang belajar mengaji di rumah atau di meunasah (Sabirin, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal), yang kesemuanya menggunakan panyoet untuk melancarkan rutinitas mereka. Dari beberapa masyarakat menyebutkan panyoet memiliki spesifikasi: sumbu dengan panjang dimulai dari 10cm sampai 20cm tergantung besar kecilnya panyoet, miyak tanah sebagai bahan bakar, kaca yang menyerupai tabung sebagai pertahanan api untuk tetap menyala, Pertahanan dari angin luar yang berhembus tak menentu agar api tidak padam. Namun panyoet memiliki beberapa jenis dalam pengoperasiannya. Seperti panyoet suruengkeng. Pengoperasian panyoet suruengkeng tergolong unik dimana menghidupkannya dengan cara memompa agar sumbu yang sudah basah dengan minyak naik ke atas dan baru kemudian di bakar dan melanjutkan pompaan agar cahaya bertambah terang. Seiring perkembangan teknologi, keberadaan panyoet mulai punah, bahkan tidak tersisa lagi. Indikasi tidak tersedianya panyoet dalam pasar, dan yang paling mendasar adalah beralihnya masyarakat kepada listrik yang semakin praktis dan ekonomis dalam menghadirkan cahaya malam. Hanya menekan tombol, langsung cahaya muncul secepat kedipan mata. Tergilasnya panyoet oleh perkembangan zaman dan teknologi yang hampir 30 tahun itu, memberi kerinduan bagi mereka yang pernah melewati malam dengannya hingga membekas dalam sanubari mereka yang merasakannya.
Tutur sapaan ‘’Agam Panyo’et’’ merupakan kait bahasa yang membudaya di daerah tertentu, gabungan dua kata Agam Panyo’et adalah pemuda yang mampu memberi pencerahan. tutur sapaan ini memiliki hubungan antara pribadi seseorang dengan implementasi psikomotor positif dalam dunia kehidupan. Sentuhan Agam Panyo’et juga besar kaitannya dengan gema kehidupan. Pemuda yang mampu menghasilkan energi positif dan mengimplementasikan kepada dunia nyata merupakan prototipe bagi semua orang, dan inilah yang membedakan Agam Panyo’et dengan agam-agam yang lain. Nilai pemberdayaan berbasis masyarakat yang dilakukan Agam Panyo’et untuk meraih keseimbangan kognitif, afektif dan psikomotorik dalam menjalani kehidupannya yang bernilai rahmatanlilalamin.
Julukan semua Agam yang ada dalam lingkungan masyarakat khususnya mereka yang terus berupaya untuk lebih baik merupakan Agam Panyo’et dimana keberadaan mereka tidak terlepas dari tuntutan dan tanggung jawab yang berangkat dari peranan mereka masing-masing. Tapi realisasi Agam Panyo’et dalam pembahasan ini adalah ketika mereka mengawali daya dan upayanya serta meleburkan seluruh waktunya untuk mewujudkan tuntutan dan tanggung jawab hidup selaku manusia dan hamba. Bagaimana mewujudkan nilai keseimbangan vertical dan horizontal. Tentu di perjalanan mereka lazim berhadapan dengan kondisi yang kurang mendukung baik itu cemas, kurangnya reward atau apresiasi dari setiap pencapaian positif bahkan air mata yang menetas di dalam kesunyian dan gelapnya malam dimana seakan dunia ini penuh ketidak adilan dari realisasi prilaku orang-orang yang tidak bertanggung jawab atau orang-orang yang mengabaikan akan perasaan orang lain. khususnya psikologis yang tertuang dari bahasa verbal dan non verbal dari setiap sentuhan yang mereka alami. Inilah yang dinamakan hidup dengan kaya akan dinamika. Disisi lain semua yang menjadi cobaan setiap dari kita merupakan proses pemahaman makna yang harus di mengerti dan didalami sebagai pembelajaran. Dari sinilah pesan itu akan sampai pada cara berfikir, perasaan hingga tertuang dalam prilaku. Jika pesan yang ditangkap itu negative, realisasi prilaku juga akan negative, jika pesan yang ditangkap itu positif, maka realisasi prilaku juga akan positif, tergantung bagaimana cara kita menagkap pesan dari setiap sentuhan hidup yang kita alami. Maka perdana mentri Inggris Margaret Techer mengatakan bahwa “Watch your thoughts, for they will become actions. Watch your actions, for they’ll become habits. Watch your habits for they will forge your character. Watch your character, for it will make your destiny”. Yang artinya: “Jaga pikiranmu, karena itu akan menjadi tindakan. Perhatikan tindakanmu, karena itu akan menjadi kebiasaan. Perhatikan kebiasaanmu karena itu akan membentuk karakter dirimu. Jagalah karaktermu, karena itu akan menentukan takdirmu”. Maka inilah yang perlu dipahami oleh kita selaku Agam Panyo’et bagaimana memperdayakan kembali cara berfikir, berperasaan, berprilaku, iman, serta kemauan hingga menjadi pribadi yang produktif.
Maka dalam hal ini bagaimana kita selaku hamba yang bernilai Agam Panyo’et unyuk bisa merealisasikan cara berfikir, berperasaan dan berprilaku yang baik yang bisa bernilai ibadah untuk diri kita sendiri sebagaimana dalam surah Al-Insyrah ayat 7 yang artinya: Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, Banyak tafsiran dalam ayat ini, namun kandungannya adalah jika selesai dari satu ibadah, maka susulkan dengan ibadah lain dengan saling berkesinambungan dan dengan tidak mengosongkan satu waktu. maka mengawali ibadah tentu berangkat dari niat, maka setiap kali kita mengawali kegiatan tidak terlepas dari niat karna Allah dan hanya mengharapkan ridha serta bernilai amal jariah. Inilah realisasi dari prilaku Agam Panyoet yang sesungguhnya hingga bernilai rahmat dari sentuhan hidup kita. Maka jika manusia mengedepankan ke-Akuan-nya dalam menghiasi hidup, tentu sesungguhnya dia tidak sadar akan eksistensi sebagai mahluk Allah yang lemah. Tentu merupakan jawaban mengapa Allah membuat rekayasa system dalam kehidupan antara manusia satu dengan lainnya saling membutuhkan dalam kebersamaan, inilah yang dimaksud Sense Of Bilonging.
Merasakan nilai Sense of belonging yang selalu mengedepankan arah dan tujuan bersama tanpa menghadirkan kecemasan, kekecewaan, keraguan, was-was, putus asa, kesedihan, tangisan dan merendahkan orang lain. Bekerjasama dan sama-sama bekerja dalam mewujudkan tugas dan harapan bersama. Maka jika dilihat dari pengertian para ahli kandungan Sense of belonging merupakan kelekatan emosional individu kepada objek tertentu Hagborg (dalam Zhao, 2012). Dalam Maslow, Sense of belonging salah satu dari lima hierarki kebutuhan yang sangat penting, adalah perasaan diterima, dihormati, termasuk didukung oleh lingkungan. Maka dapat disimpulkan bahwa sense of belonging adalah dorongan yang dimiliki oleh setiap orang untuk menjalin hubungan secara positif dengan orang lain dan mempertahankan hubungan tersebut dengan baik hingga seseorang berakhlakulkarimah dan memperoleh keseimbangan positif dalam hidup. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya pada bab musnad Abi Hurairah yang Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.”Dimana dalam hadis tersebut keberadaan baginda Rasulullah dimuka bumi untuk menyempurnakan akhlak umat manusia. Semoga kita yang mambaca bernilai Agam Panyot yang terus berupaya merealisasikan ikhtiar positif yang berdampak pada keluarga, saudara, teman sejawat serta masyarakat luas dan bersentuhan Sense of belonging dalam melewati setiap tantangan dan tanggungjawab yang hadir disetiap tahapan kehidupan. Amin.